Minggu, 03 November 2013

Sistem imun non spesifik

            Pertahanan Fisik/ mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin merupakan pertahanan pertama terhadap infeksi.

Pertahanan eksternal tubuh
Banyak mikroba yang terdapat di kulit, saluran cerna, dan udara yang kita hirup ang biasanya berupa bakteri, virus, jamur atau parasit.




Mekanisme imunitas nonspesifik terhadap bakteri pada fisik seperti kulit.

1.       Bakteri sinbiotik atau komensal

2.       Masuk kekulit ( di kulit ada pH rendah asam laktat yang dilepas oleh keringat)

3.       Di permukaan mukosa mengandung enzim destruktif seperti lisozim yang menghancurkan sel dinding bakteri

4.       Saluran nafas mengandung mukosiliar

5.       Bakteri ditangkap oleh mukus

6.       Saluran nafas dan cerna mengandung antimikrobial yang dapat memusnakan mikrobla patogen

7.       Dicerna oleh fagosit


(sumber: Imunologi dasar, edisi ke-8)
Menjelaskan antigen dan antibodi


Imunogen adalah substansi yang menginduksi respon imun spesifik, humoral, seluler, atau keduanya. Setelah diolah oleh Antigen Presenting Cell (APC), maka imunogen akan pecah menjadi antigen yang dapat bereaksi dengan produk respon imun spesifik. Sementara hapten berukuran lebih kecil dari antigen. Karena ukurannya yang kecil itulah, maka hapten tidak imunogenik. Akan tetapi, bila digabungkan dengan suatu molekul pembawa, maka gabungan tersebut dapat menginduksi respon imun.
Klasifikasi Antigen
1.Pembagian antigen menurut epitop
         a.     Unideterminan, univalen : Hanya satu jenis determinan/ epitop pada satu molekul.
  b.         Unideterminan, multivalen : Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul.
c.          Multideterminan, univalen : Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyaan protein).
d.         Multideterminan, multivalen : Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul

2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
a.         Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
b.         Xenoantigen, yang hanya dimiliki oleh banyak spesies tertentu
c.         Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
d.         Atigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu
e.         Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri

3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a.       T dependen, yang memerlukan pengenalan sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan respon antibodi.
b.      T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk mebentuk antibodi.

4.         Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
a.         Hidrat arang (polisakarida) : Hidrat arang pada umumnya imunogenik.
b.         Lipid :Lipid biasanya tidak imunogenik kecuali bila diikat protein pembawa.
c.         Asam nukleat : Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa.
d.         Protein : Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalent.    (FKUI, hal: 154)
1. Immunoglobulin G ( Ig G )
Merupakan kekebalan pasif dari ibu kepada anaknya sera merupakan pertahanan utama untuk bayi pada minggu-minggu pertama dalam kehidupannya ( dari kolustrum).
2. Immunoglobulin M ( Ig M )
Disintesis pertama kali sebagai stimulus terhadap antigen.
3. Immunoglobulin A ( Ig A )
Ditemukan dalam sekresi eksternal. Contoh pada mukosa saluran nafas, intestinal, urin, genital, saliva, air mata dll. Dapat menetralisir virus dan menghalangi penempelan bakteri pada sel epitelium.
4. Immunoglobulin D ( Ig D )
Melekat pada permukaan luar sel limfosit B. Berfungsi sebagai reseptor antigen sel limfosit B dan penting bagi aktivitas sel limfosit B tersebut.
5. Immunoglobulin E ( Ig E )
Disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa dan tonsil. Mengakibatkan sel melepaskan histamin dan berperan dalam reaksi alergi.( FKUI, hal: 158-166)


Baratawidjaja, 2006, Imunologi Dasar, Edisi ke-7, Penerbit FKUII, Jakarta.
ISLAM ITU INDAH
ASSALAMU'ALAIKUM JANGAN DISINGKAT LAGI

1. As = orang bodoh ; keledai
2. Ass = pantat
3. Askum = celakalah kamu
4. Assamu = racun
5. Samlekum = matilah kamu
6. Salom/syalom= dari bhs Ibrani untuk sesama kristen dan ada 263 kata di dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru.
7. Mikum = dari bahasa Ibrani Mari Bercinta.

Yuk kita lihat isi surat Nabi Sulaiman dalam Al-Quran :

"Innahu min Sulaimana wa innahu Bismillahirohmaanir rohiim 'ala ta'lu 'alayya wa'tunil muslimina tho'inalloha robbal 'aalamiin."

Salam pendek, salam sedang dan salam panjang telah dicontohkan oleh Nabi dan tidak merubah makna aslinya :

1. Salam pendek : "Assalamualaikum". dengan 10 kebaikan.
2. Salam sedang : "Assalamualaikum warohmatulloh". dengan 20 kebaikan.
3. Salam panjang : "Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh". dengan kebaikan sempurna.
REPLIKASI VIRUS


Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Virus hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio, jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Karena virus tidak memiliki sistem enzim dan tidak dapat bermetabolisme, maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Untuk berkembangbiak mereka harus menginfeksi sel inang. Ada dua macam cara menginfeksi virus yaitu fase litik dan fase lisogenetik. Berikut akan diuraikan kedua macam daur hidup virus terutama penginfeksi bakteri dan fage.

a. Daur litik, virus akan menghancurkan sel hospes setelah berhasil melakukan replikasi. Adapun    tahapanya sebagai berikut:
1) Fase adsorbsi
Fase adsorbsi ditandai dengan melekatnya ekor virus pada dinding sel bakteri. Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pad permukaan dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein virus. Menempelnya virus pada protein diding sel bakteri itu sangat khas, mirip kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri dan sel inang.
2) Fase injeksi
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam nukleatnya (DNA dan RNA) masuk kedalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada diluar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid lepas dan tidak berfungsi lagi.
3) Fase sintesis
Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan mesin biosintetik inang (misalnya bakteri) untuk melakukan kehidupanya. Karena itu, pengendali biosintetik bakteri yakni DNA bakteri, harus dihancur-hancurkan. Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur. Enzim penghancur akan menghancurkan DNA bakteri tapi tidak menghancurkan DNA virus. Dengan demikian bakteri tidak mampu mengendalikan mesin biosintetik sendiri.
DNA viruslah sangat berperan, DNA virus mengambil alih kendali kehidupan. DNA virus mereplikasikan diri berulangkali dengan jalan menkopi diri membentuk DNA virus dengan jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut melakuakn sintesis protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakn ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri. Jelasnya, didalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis DNA virus dan protein yang akan dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.
4) Fase perakitan
Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara bagian kepala, ekor, dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi menjadi kapsid virus yang utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus yang utuh. Jumlah virus yang tebentuk 100-200 buah.
5) Fase litik
Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi, yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri hancur, dinding sel bakterimengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus.
Penelitian pada fag yang menyerang bakteri Esherichia coli menunjukkan bahwa ada virus yang mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan ada yang tidak. Virus T4 mengakibatkan bakteri mengalami lisis dan karenanya daur hidup virus tersebut disebut sebagai daur litik.



b. Daur lisogenik, virus tidak menghancurkan sel bakteri.
1) Fase adsobsi
Uraian yang sama dengan fase litik
2) Fase injeksi
Uraian yang sama dengan fase litik
3) Fase penggabungan
Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk kedalam tubuh bakteri. Selanjutnya, DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA bakteri berbentuk silkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA tersebut berupa benang ganda yang terpilin. Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus menggabungkan diri diantara benang yang putus tersebut, dan akhirnya membentuk DNA sikuler baru yang telah disisipi DNA virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri terknadung DNA genetik Virus.
4) Fase pembelahan
Dalam keadaan tersebut itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Misalnya saja jika bakteri akan membelah diri, DNA menhkopi diri dengan proses replikasi. Dengan proses replikasi. Dengan demikian profag juga ikut terkopi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil pembelahan dan didalm setiap sel anak bakteri tekandung profag yang identik. Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri berlangsung berulangkali sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk didalam terkadung profag. Dengan demikian jumlah profag mengikuti jumlah sel bakteri yang ditumpanginya.
5) Fase sintesis
karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu profag taktif. Profag tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri, kemudian menghanacurkan DNA bakteri. Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis yakni mensintesis protein untuk digunakan sebagi kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi DNA sehingga DNA virus menjadi banyak.
6) Fase perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai selubang virus. Kapsid yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi masuk ke dalamnya guna membentuk virus yang baru.
7) Fase litik
Setelah terbetuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri (uraian sama dengan daur litik). Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami daur litik atau daur lisogenik.

Sumber: Replikasi Virus
Harga Mobil Lamborghini



Daftar Harga Mobil Lamborghini November 2013
Nama Harga
Lamborghini Ghallardo Lp 550-2 Rp 5.500.000.000
Lamborghini Aventador Lp700-4 Rp 11.000.000.000
Lamborghini Superlegera 2011 Rp 6.200.000.000
Lamborghini Superlegera Lp570-4 Rp 6.200.000.000
Lamborghini Aventador Full Spech Rp 9.500.000.000
Lamborghini Gallardo Perfomante Lp 570-4 Rp 6.300.000.000
Lamborghini Aventador Lp700-4 Rp 9.500.000.000
Lamborghini Gallardo Lp 560-4 facelift Rp 6.300.000.000
Lamborghini Gallardo bicolore 2012 Rp 6000.000.000
Lamborghini Aventador New Rp 9.750.000.000



Sabtu, 02 November 2013

PEMERIKSAAN VITAL SIGN TERHADAP
PROBANDUS USIA 12 TAHUN



CARA PENGUKURAN

1. Pemeriksaan Suhu Tubuh
1.1 Mengibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjukkan di bawah 35ºC.
1.2 Mengeringkan ketiak probandus menggunakan tissue.
1.3 Menempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa axillaris dengan sendi bahu adduksi maksimal.
1.4 Menunggu sampai kurang lebih 5 menit kemudian melakukan pembacaan hasil pengukuran.

2. Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan
2.1 Tidak memberitahukan pemeriksaan frekuensi pernafasan kepada probandus.
2.2 Melakukan penghitungan gerakan pernafasan selama 1 menit.
2.3 Mencatat hasil frekuensi pernafasan.

3. Pemeriksaan Denyut Nadi
3.1 Mempersiapkan organ/daerah perabaan arteri radialis yang akan diperiksa (probandus dalam keadaan rileks).
3.2 Menggunakan minimal dua jari tangan untuk meraba arteri.
3.3 Menghitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit.
3.4 Mencatat hasil pemeriksaan.

4. Pemeriksaan Tekanan Darah
4.1 Menempatkan probandus dalam keadaan duduk dan atau berbaring dengan rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian.
4.2 Menempatkan tensimeter dengan membuka aliran air raksa, mengecek saluran pipa dan meletakkan manometer ventrikel.
4.3 Memasang manset melingkari lengan atas dengan karet manset pada bagian medial secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira sejajar jantung.
4.4 Meraba pulsasi arteri brachialis lalu memompa dengan cepat sampai 30 mmHg hilangnya pulsasi.
4.5 Menurunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri teraba kembali (bunyi pertama) sebagai tekanan sistol palpatior.
4.6 Mengambil stetoskop dan memasang corong pada tempat perabaan pulsasi. 
4.7 Memompa kembali manset sampai 30 mmHg diatas tekanan sistol palpatoir.
4.8 Mendengarkan melalui stetoskop sambil menurunkan perlahan-lahan 2-3 mmHg per detik sampai mendengar bising pertama (tekanan sistolik) dan melanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara bising yang terakhir (tekanan diastolik).
4.9 Melepas manset dan menutup kembali aliran air raksa dan mencatat hasil pengukuran.

DATA HASIL PENGUKURAN

Nama probandus : Damar Rizky Nuranda
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 12 tahun
Berat badan : 45 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Alamat : Dusun Kembangan Candibinangun Pakem Sleman 
                                      Yogyakarta

1. Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi duduk pada suhu ruang 27ºC
1.1 Suhu tubuh : 37ºC
1.2 Denyut nadi : 86 kali per menit
1.3 Frekuensi pernafasan : 23 kali per menit
1.4 Tekanan darah : 100/60 mmHg

2. Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi berbaring pada suhu ruang 27ºC
2.1 Suhu tubuh : 36,6ºC
2.2 Denyut nadi : 74 kali per menit
2.3 Frekuensi pernafasan : 24 kali per menit
2.4 Tekanan darah : 90/70 mmHg

3. Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi duduk pada suhu ruangan yang dingin (16ºC) 
3.1 Suhu tubuh : 36ºC
3.2 Denyut nadi : 60 kali per menit
3.3 Frekuensi pernafasan : 31 kali per menit
3.4 Tekanan darah : 110/60 mmHg



4. Kondisi setelah melakukan olahraga
4.1 Suhu tubuh : 37,4ºC
4.2 Denyut nadi : 99 kali per menit
4.3 Frekuensi pernafasan : 26 kali per menit
4.4 Tekanan darah : 100/70 mmHg


TINJAUAN PUSTAKA

1. Denyut Nadi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia denyut nadi adalah “detak nadi yang dapat dirasakan dengan meraba pergelangan tangan.” 
Semakin besar metabolisme dalam suatu organ, maka semakin besar aliran darahnya, hal ini akan dikompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh. Perubahan denyut nadi sering dipakai sebagai dasar untuk physical fitness test, dimana perubahan-perubahan yang sedikit atau tanpa perubahan menunjukkan baiknya pengaturan sistem sirkulasi, sedangkan penurunan atau peningkatan yang mencolok merupakan pertanda buruknya penyesuaian sistem ini, misalnya pada olahragawan tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada denyut jantung karena terjadi efisiensi kerja jantung oleh miokardium sehingga terjadi perlambatan denyut jantung dengan peningkatan stroke volume atau isi sekuncup (Elly, 2006).

2. Frekuensi Pernafasan
Alsagaff dan Mukty (2006) menyebutkan bahwa pernafasan adalah proses pengambilan oksigen dari luar lingkungan dan mengeluarkan karbondioksida dari paru-paru . Terdapat 2 jenis pernafasan, yaitu ekspirasi dan inspirasi.  Inspirasi terjadi ketika kontraksi muskulus interkostal eksternus dan diafragma. Sehingga  paru-paru dan diafragma naik keatas. Ekspirasi terjadi ketika kontraksi muskulus interkostalis internus dan diafragma relaksasi sehingga paru-paru dan diafragma akan turun ke bawah.

Frekuensi pernafasan normal menurut Masud (1989)
Umur Frekuensi Pernafasan
Bayi baru lahir 40-60x/menit
1-11 bulan 30x/menit
2 tahun 25x/menit
4-12 tahun 19-23x/menit
14-18 tahun 16-18x/menit
Dewasa 12-20x/ menit
Lansia (>65 tahun) Jumlah respirasi meningkat bertahan

3. Tekanan Darah
Sherwood (2011) menyatakan bahwa tekanan darah adalah suatu gaya yang ditimbulkan oleh darah pada dinding pembuluh yang bergantung pada volume darah didalam pembuluh dan dinding pembuluh. Terdapat 2 jenis tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik (sistol atrium dan ventrikel) dan tekanan darah diastolik (diastol atrium dan ventrikel) (Sherwood, 2011)
Tekanan diastol atrium adalah proses masuknya darah menuju ke atrium kanan dari vena cava superior dan vena cava inferior dan dari vena pulmonalis menuju ke atrium kiri, sedangkan diastol ventrikel adalah proses masuknya darah dari atrium ke ventrikel melalui katup atrioventrikularis. (Sherwood, 2011)
Tekanan sistol atrium adalah proses masuknya darah menuju ke ventrikel melalui katup atrioventrikularis (sistol atrium sama dengan diastole ventrikel), sedangkan sistol ventrikel adalah proses masuknya satu isi sekuncup darah (stroke volume) dari ventrikel menuju ke arteri dengan terbukanya katup semilunar aorta (Sherwood, 2011)

Tekanan darah normal pada usia 12-14 tahun menurut Masud (1989)
Usia Sistolik (mmHg) Daistolik (mmHg)
11 tahun 95-135 60-85
12 tahun 95-135 60-85
13 tahun 100-140 60-90
14 tahun 105-140 65-90

Sherwood (2011) menyatakan bahwa tekanan darah merupakan tekanan arteri rata-rata yang diatur oleh tubuh, dimana tekanan arteri rata-rata mempunyai penentu utama yaitu curah jantung atau stroke volume dan resistensi perifer total. Perhitungan tekanan arteri rata-rata didapat dengan mengalikan curah jantung atau stroke volume dengan resistensi perifer total atau dengan persamaan sebagai berikut :
Tekanan arteri rata-rata = Tekanan Diastol + 1/3 Tekanan Nadi.
(Tekanan nadi = tekanan sistol – tekanan diastol)
Sherwood (2011) juga menyebutkan bahwa tekanan darah, dipengaruhi oleh curah jantung, resistensi perifer total dan volume darah.
Curah Jantung (Cardiac Output) bergantung pada 2 faktor yaitu  kecepatan Jantung dan isi sekuncup, dimana kecepatan jantung dipengaruhi atau bergantung pada aktivitas parasimpatis yang fungsinya menurunkan kecepatan jantung dan aktivitas simpatis yang meningkatkan kecepatan jantung (respon terhadap aktivitas simpatis yaitu dengan meningkatnya isi sekuncup) (Sherwood, 2011) Isi sekuncup juga akan meningkat apabila aliran balik vena ditingkatkan oleh beberapa faktor, yaitu vasokonstriksi vena oleh saraf simpatis, otot rangka, pompa pernafasan , dan penghisapan jantung.
Volume darah juga akan mempengaruhi tekanan darah melalui mekanisme pengaturan jangka pendek dan jangka panjang (Sherwood, 2011) Volume darah jangka pendek  adalah volume darah yang berhubungan dengan adanya perpindahan antara cairan bulkflow pasif plasma dan cairan interstisium pada kapiler, sedangkan volume darah jangka panjang merupakan keseimbangan garam dan air yang dikontrol secara hormonal oleh sistem renin, angiostensin, aldosteron, dan vasopressin. (Sherwood, 2011)
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh Resistensi Perifer Total. Resitensi perifer total ini bergantung pada jari-jari arteriol dan kekentalan darah (Sherwood,2011) Jumlah sel darah merah merupakan faktor utama penentuan kekentalan darah, sementara jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik, dengan menyamakan aliran darah dengan kebutuhan metabolik yang menyebabkan terjadinya perubahan lokal terhadap otot-otot rangka dan menyebabkan terjadinya vasodilatasi arteriol lokal  sehingga aliran darah meningkat terhadap otot-otot, di samping itu terdapat aktivitas simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi arteriol yang meningkatkan tekanan darah, yang diatur oleh mekanisme kontrol ekstrinsik (Sherwood, 2011)
4. Suhu Tubuh
Dalam http://www.poltekkes-malang.ac.id. disebutkan bahwa suhu tubuh manusia berkisar 36,5 – 37,5 °C. Semakin dewasa umur seseorang, maka semakin rendah suhu normal tubuhnya. Gangguan suhu tubuh dapat diklasifikasikan menjadi hipotermia (<35 °C), demam (>37.5–38.3 °C), hipetermia (>37.5–38.3 °C), dan hiperpireksia (>40 –41,5 °C). Dilihat dari tingginya suhu, pada demam dan hipertermia memiliki nilai rentang suhu yang sama yaitu berkisar antara > 37.5-38.3 °C, dimana pada demam peningkatan suhu tubuh disebabkan oleh peningkatan titik pengaturan suhu (set point) di hipotalamus, sedangkan pada hipertermia titik pengaturan suhu dalam batas normal.
Peningkatan suhu tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah infeksi bakteri atau virus, paparan panas lingkungan (termasuk pengaruh suhu ruangan), obat-obatan, dan aktivitas fisik tubuh.
Akibat peningkatan suhu tubuh seseorang akan mengalami kelesuhan mengantuk, dan depresi. Pada anak-anak sering mengalami kejang sehingga akhirnya organ tubuh dapat gagal sehingga berakibat tidak sadar bahkan kematian. 
Pada lingkungan yang panas, tindakan pendinginan pasif seperti istirahat ditempat yang teduh dan sejuk dapat mengurangi panas tubuh. Tindakan pendinginan aktif seperti melakukan kompres dingin di beberapa bagian tubuh seperti dahi, leher, dan ketiak juga dapat memperbaiki suhu tubuh ke rentang normal. Banyak minum dan menghidupkan kipas angin atau AC kering dapat mengefektifkan evaporasi keringat. Berendam di air hangat atau air dingin dapat membuang panas dengan segera.





PEMBAHASAN

1. Analisis Hasil Pengukuran
1.1 Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi duduk pada suhu ruang 27ºC
Pada kondisi ini diperoleh hasil bahwa setelah diukur selama 5 menit suhu tubuh probandus adalah 37ºC, merupakan suhu normal rata-rata bagi tubuh. Frekuensi denyut nadi yang terhitung selama 1 menit adalah 86 kali yang berarti normal (denyut nadi normal berkisar antara 60 sampai 100 kali per menit). Frekuensi pernafasan yang terhitung selama 1 menit adalah 23 kali yang berarti normal (frekuensi pernafasan normal usia 9-12 tahun adalah 19-23 kali per menit). Tekanan darah yang terukur adalah 100/60 mmHg yang berarti normal bagi orang yang berusia 12 tahun Tekanan sistol normal rata-rata pada usia 12 tahun adalah 95-135 mmHg dan tekanan diastolnya adalah 60-85 mmHg.
Pada posisi duduk tekanan darah (tekanan sistol pada data) meningkat dibandingkan dengan posisi berbaring. Hal ini karena tekanan darah dipengaruhi oleh gravitasi bumi (berdampak besar bagi vena, tetapi hanya sedikit berdampak pada arteri) (Sherwood, 2011)
Pernafasan pada saat posisi duduk dipengaruhi oleh denyut nadi/ tekanan darah karena semakin tekanan darah besar dan semakin banyak membutuhkan oksigen dan banyak melakukan pernafasan.

1.2 Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi berbaring pada suhu ruang 27ºC
Pada kondisi ini diperoleh hasil bahwa setelah diukur selama 5 menit suhu tubuh probandus adalah 36,6ºC dan merupakan suhu normal rata-rata bagi tubuh. Frekuensi denyut nadi yang terhitung selama 1 menit adalah 74 kali yang berarti normal (denyut nadi normal berkisar antara 60 sampai 100 kali per menit). Frekuensi pernafasan yang terhitung selama 1 menit adalah 24 kali yang berarti mendekati normal (frekuensi pernafasan normal usia 9-12 tahun adalah 19-23 kali per menit). Tekanan darah yang terukur adalah 90/70 mmHg. Pada tekanan sistol rentang normalnya adalah 95-135 mmHg, namun pada probandus tidak demikian. Hal ini karena pada posisi berbaring aliran darah yang menuju ke organ tidak dipengaruhi oleh gravitasi, sehingga tidak diperlukan tekanan yang besar untuk mendorong darah menuju ke organ-organ yang letaknya jauh dari jantung sehingga denyut nadi yang dihasilkan pun cenderung menurun (Sherwood, 2011). 
Frekuensi pernafasan pada saat berbaring lebih sedikit dari pada duduk karena Pada posisi duduk tekanan darah (tekanan sistol pada data) meningkat dibandingkan dengan posisi berbaring, yang diikuti oleh frekuensi pernafasan.
Pada Suhu tubuh tidak terjadi perubahan yang signifikan dari posisi duduk ke posisi berbaring (hanya terpaut 0,4ºC). Posisi duduk dan berbaring tidak mempengaruhi suhu tubuh.

1.3 Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi duduk pada suhu ruangan yang dingin (16ºC)
Pada kondisi ini diperoleh hasil bahwa setelah diukur selama 5 menit suhu tubuh probandus adalah 36ºC. Frekuensi denyut nadi yang terhitung selama 1 menit adalah 60 kali yang berarti normal (denyut nadi normal berkisar antara 60 sampai 100 kali per menit). Frekuensi pernafasan yang terhitung selama 1 menit adalah 31 kali. Tekanan darah yang terukur adalah 110/60 mmHg yang berarti normal bagi orang yang berusia 12 tahun.
Tubuh akan menyesuaikan pada kondisi ruangan yang dingin dengan menurunkan suhu tubuhnya. Seharusnya dengan kondisi yang dingin akan memicu pembuluh darah melakukan vasokontriksi (penyempitkan pembuluh darah) sehingga akan meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah. Namun tidak demikian dengan hasil pengukuran terhadap probandus. Denyut nadi probandus cenderung menurun menjadi 60 kali per menit, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah kondisi probandus yang pada suhu 16 ºC yang membuat suhunya menurun sehingga menyebabkan denyut nadi ikut menurun.
Pernafasan sangat erat hubungannya dengan suhu. ketika suhu rendah maka akan mempengaruhi pernafasan, semakin rendah suhu seseorang maka akan semakin rendah kebutuhan energi dan oksigennya sehingga membuat pernafasan menjadi lebih santai.


1.4 Kondisi setelah melakukan olahraga
Pada kondisi ini diperoleh hasil bahwa setelah diukur selama 5 menit suhu tubuh probandus adalah 36,6ºC. Frekuensi denyut nadi yang terhitung selama 1 menit adalah 99 kali. Frekuensi pernafasan yang terhitung selama 1 menit adalah 26 kali. Tekanan darah yang terukur adalah 100/70 mmHg.
Pada saat berolahraga otot pada tubuh akan melakukan aktivitas yang lebih dibandingkan biasanya, sehingga membutuhkan asupan nutrisi dan oksigen yang lebih. Hal ini akan memicu jantung untuk bekerja lebih keras dan memompa lebih cepat untuk segera mendistribusikan darah yang mengandung nutrisi dan oksigen ke dalam jaringan yang memerlukan sehingga akan meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah. Pada saat olahraga pembuluh darah melakukan vasokonstriksi. 
Pada saat berolahraga frekuensi pernafasan dan suhu tubuh juga akan meningkat karena suhu tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan pernafasan. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka dia akan membutuhkan enenrgi yang lebih banyak sehingga kebutuhan akan oksigenpun meningkat. Oleh karena itu, frekuensi pernafasanpun akan lebih sering dilakukan.

2. Refleksi Diri terhadap Cara Pengukuran  Vital Sign
Pengalaman yang didapat dari dilakukannya pemeriksaan vital sign terhadap probandus dengan usia 12 tahun diantaranya adalah lebih memahami mengenai cara-cara pemeriksaan vital sign meliputi suhu tubuh, frekuensi denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah; mengetahui pengaruh posisi dan suhu ruangan terhadap tanda-tanda vital seseorang serta mampu menganalisis bagaimana tanda-tanda vital seseorang (usia 12 tahun) pada keadaan normal.
Kekurangan dan kesulitan ketika pemeriksaan vital sign pada probandus diantaranya adalah :
2.1 Keadaan suhu ruangan yang tidak valid sehingga mempengaruhi hasil pengukuran terhadap tanda-tanda vital.
2.2 Kurang jelasnya gerakan pernafasan probandus sehingga mempengaruhi perhitungan frekuensi pernafasan. 
2.3 Kurang telitinya pemeriksa dalam menentukan sistol palpatoir, tekanan sistolik, dan tekanan diastolik.
2.4 Kurang telitinya pemeriksa dalam menghitung frekuensi denyut nadi probandus.


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran dan kajian pustaka yang diperoleh :
1. Peralihan dari posisi berbaring ke posisi duduk akan meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah akibat adanya pengaruh gravitasi bumi.
2. Semakin dingin suhu suatu ruangan maka pembuluh darah akan meningkatkan frekuensi pernafasan dan memacu pembuluh darah untuk bervasokonstriksi.
3. Aktivitas olahraga memacu pembuluh darah untuk bervasokonstriksi, meningkatkan suhu tubuh dan meningkatkan frekuensi pernafasan.
4. Vasokontriksi pembuluh darah meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah.


LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee., 1976, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Edisi 6), 
Pendit, Brahm U., 2011 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 1733, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 
            11), Irawati [et al.], 2007 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.

Masud, Ibnu., 1989, Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler, EGC, Malang.

Alsagaff, Hood., Mukty, Abdul., 2006, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, 
            Airlangga University Press, Surabaya.

Elly, Irenne., 2006, Perubahan Denyut Nadi pada Mahasiswa Setelah Aktivitas
            Naik Turun Tangga, Fakultas Kedokteran Undip, Semarang.

Tim Blok Kardiovaskuler dan Respirasi (1.4), 2013, Panduan Keterampilan  
            Medik Blok Kardiovaskuler dan Respirasi, Fakultas Kedokteran UII, 
            Yogyakarta.

http://www.poltekkes-malang.ac.id
Diakses : 13 April 2013

Rituximab for Rheumatoid Arthritis

Sel B pada awalnya dianggap mediator kunci dalam patogenesis rheumatoid arthritis (RA) . Pada awalnya sel B dinggap sebagai pusat dari patogenesis penyakit. Pemikiran itu lenyap ketika munculnya antibodi anti -cyclic citullinated protein yang sangat spesifik. Rituximab, antibodi anti - CD20 yang menghabiskan sel B matang, telah disetujui untuk pengobatan RA pada tahun 2006 .
Rarthritis heumatoid ( RA ) adalah salah satu yang paling umum penyakit rematik autoimun, yang terjadi 1 dari 100 orang di seluruh dunia. Hal ini dianggap sebagai proses inflamasi sistemik  dengan kecenderungan untuk sendi . Jika tidak diobati, RA menyebabkan deformitas, cacat, dan termasuk penyakit jantung dan peningkatan mortalitas .
faktor lingkungan telah dipelajari dalam hubungan dengan RA, termasuk hormon, virus, dan penyakit bacteria. Baru-baru ini merokok telah diindikasikan sebagai faktor pemicu yang potensial.
Pengobatan Rheumatoid Arthritis dengan Rituximab: Mode Aksi dan Risiko
Mekanisme Aksi
Antibodi monoklonal anti-CD20

Target penurunan sel B matang

Tidak ada efek terhadap sel-sel B dewasa atau sel plasma

Penggunaan 500 mg
Efek Hypogammaglobulinemia


Mekanisme kerja rituximab:
1. Saat rituximab berikatan dengan CD20 di permukaan suatu sel-B, sel akan dihancurkan langsung, tetapi pertahanan alami tubuh juga disiagakan.
2. Rituximab secara efektif menyerang sel limfoma agar dapat dihancurkan oleh kekebalan tubuh dan membunuh sel-sel kanker.
3. CD20 juga ditemukan di permukaan sel-B normal, salah satu jenis sel darah putih yang beredar di tubuh.
4. Ini berarti mungkin sel-B normal ini juga dihancurkan saat rituximab digunakan.
5. Akan tetapi, sel induk dalam sumsum tulang yang berkembang menjadi sel-B tidak memiliki CD20 pada permukaannya.
6. Oleh karena itu sel induk tidak dihancurkan oleh rituximab dan dapat terus menyediakan sel-B sehat untuk tubuh.
7. Meskipun jumlah sel-B normal yang matang berkurang untuk sementara karena pengobatan, mereka akan kembali ke kadar semula setelah pengobatan.