CARA PENGUKURAN
1. Pemeriksaan Suhu Tubuh
1.1 Mengibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjukkan di bawah 35ºC.
1.2 Mengeringkan ketiak probandus menggunakan tissue.
1.3 Menempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa axillaris dengan sendi bahu adduksi maksimal.
1.4 Menunggu sampai kurang lebih 5 menit kemudian melakukan pembacaan hasil pengukuran.
2. Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan
2.1 Tidak memberitahukan pemeriksaan frekuensi pernafasan kepada probandus.
2.2 Melakukan penghitungan gerakan pernafasan selama 1 menit.
2.3 Mencatat hasil frekuensi pernafasan.
3. Pemeriksaan Denyut Nadi
3.1 Mempersiapkan organ/daerah perabaan arteri radialis yang akan diperiksa (probandus dalam keadaan rileks).
3.2 Menggunakan minimal dua jari tangan untuk meraba arteri.
3.3 Menghitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit.
3.4 Mencatat hasil pemeriksaan.
4. Pemeriksaan Tekanan Darah
4.1 Menempatkan probandus dalam keadaan duduk dan atau berbaring dengan rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian.
4.2 Menempatkan tensimeter dengan membuka aliran air raksa, mengecek saluran pipa dan meletakkan manometer ventrikel.
4.3 Memasang manset melingkari lengan atas dengan karet manset pada bagian medial secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira sejajar jantung.
4.4 Meraba pulsasi arteri brachialis lalu memompa dengan cepat sampai 30 mmHg hilangnya pulsasi.
4.5 Menurunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri teraba kembali (bunyi pertama) sebagai tekanan sistol palpatior.
4.6 Mengambil stetoskop dan memasang corong pada tempat perabaan pulsasi.
4.7 Memompa kembali manset sampai 30 mmHg diatas tekanan sistol palpatoir.
4.8 Mendengarkan melalui stetoskop sambil menurunkan perlahan-lahan 2-3 mmHg per detik sampai mendengar bising pertama (tekanan sistolik) dan melanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara bising yang terakhir (tekanan diastolik).
4.9 Melepas manset dan menutup kembali aliran air raksa dan mencatat hasil pengukuran.
DATA HASIL PENGUKURAN
Nama probandus : Damar Rizky Nuranda
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 12 tahun
Berat badan : 45 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Alamat : Dusun Kembangan Candibinangun Pakem Sleman
Yogyakarta
1. Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi duduk pada suhu ruang 27ºC
1.1 Suhu tubuh : 37ºC
1.2 Denyut nadi : 86 kali per menit
1.3 Frekuensi pernafasan : 23 kali per menit
1.4 Tekanan darah : 100/60 mmHg
2. Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi berbaring pada suhu ruang 27ºC
2.1 Suhu tubuh : 36,6ºC
2.2 Denyut nadi : 74 kali per menit
2.3 Frekuensi pernafasan : 24 kali per menit
2.4 Tekanan darah : 90/70 mmHg
3. Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi duduk pada suhu ruangan yang dingin (16ºC)
3.1 Suhu tubuh : 36ºC
3.2 Denyut nadi : 60 kali per menit
3.3 Frekuensi pernafasan : 31 kali per menit
3.4 Tekanan darah : 110/60 mmHg
4. Kondisi setelah melakukan olahraga
4.1 Suhu tubuh : 37,4ºC
4.2 Denyut nadi : 99 kali per menit
4.3 Frekuensi pernafasan : 26 kali per menit
4.4 Tekanan darah : 100/70 mmHg
TINJAUAN PUSTAKA
1. Denyut Nadi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia denyut nadi adalah “detak nadi yang dapat dirasakan dengan meraba pergelangan tangan.”
Semakin besar metabolisme dalam suatu organ, maka semakin besar aliran darahnya, hal ini akan dikompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh. Perubahan denyut nadi sering dipakai sebagai dasar untuk physical fitness test, dimana perubahan-perubahan yang sedikit atau tanpa perubahan menunjukkan baiknya pengaturan sistem sirkulasi, sedangkan penurunan atau peningkatan yang mencolok merupakan pertanda buruknya penyesuaian sistem ini, misalnya pada olahragawan tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada denyut jantung karena terjadi efisiensi kerja jantung oleh miokardium sehingga terjadi perlambatan denyut jantung dengan peningkatan stroke volume atau isi sekuncup (Elly, 2006).
2. Frekuensi Pernafasan
Alsagaff dan Mukty (2006) menyebutkan bahwa pernafasan adalah proses pengambilan oksigen dari luar lingkungan dan mengeluarkan karbondioksida dari paru-paru . Terdapat 2 jenis pernafasan, yaitu ekspirasi dan inspirasi. Inspirasi terjadi ketika kontraksi muskulus interkostal eksternus dan diafragma. Sehingga paru-paru dan diafragma naik keatas. Ekspirasi terjadi ketika kontraksi muskulus interkostalis internus dan diafragma relaksasi sehingga paru-paru dan diafragma akan turun ke bawah.
Frekuensi pernafasan normal menurut Masud (1989)
Umur Frekuensi Pernafasan
Bayi baru lahir 40-60x/menit
1-11 bulan 30x/menit
2 tahun 25x/menit
4-12 tahun 19-23x/menit
14-18 tahun 16-18x/menit
Dewasa 12-20x/ menit
Lansia (>65 tahun) Jumlah respirasi meningkat bertahan
3. Tekanan Darah
Sherwood (2011) menyatakan bahwa tekanan darah adalah suatu gaya yang ditimbulkan oleh darah pada dinding pembuluh yang bergantung pada volume darah didalam pembuluh dan dinding pembuluh. Terdapat 2 jenis tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik (sistol atrium dan ventrikel) dan tekanan darah diastolik (diastol atrium dan ventrikel) (Sherwood, 2011)
Tekanan diastol atrium adalah proses masuknya darah menuju ke atrium kanan dari vena cava superior dan vena cava inferior dan dari vena pulmonalis menuju ke atrium kiri, sedangkan diastol ventrikel adalah proses masuknya darah dari atrium ke ventrikel melalui katup atrioventrikularis. (Sherwood, 2011)
Tekanan sistol atrium adalah proses masuknya darah menuju ke ventrikel melalui katup atrioventrikularis (sistol atrium sama dengan diastole ventrikel), sedangkan sistol ventrikel adalah proses masuknya satu isi sekuncup darah (stroke volume) dari ventrikel menuju ke arteri dengan terbukanya katup semilunar aorta (Sherwood, 2011)
Tekanan darah normal pada usia 12-14 tahun menurut Masud (1989)
Usia Sistolik (mmHg) Daistolik (mmHg)
11 tahun 95-135 60-85
12 tahun 95-135 60-85
13 tahun 100-140 60-90
14 tahun 105-140 65-90
Sherwood (2011) menyatakan bahwa tekanan darah merupakan tekanan arteri rata-rata yang diatur oleh tubuh, dimana tekanan arteri rata-rata mempunyai penentu utama yaitu curah jantung atau stroke volume dan resistensi perifer total. Perhitungan tekanan arteri rata-rata didapat dengan mengalikan curah jantung atau stroke volume dengan resistensi perifer total atau dengan persamaan sebagai berikut :
Tekanan arteri rata-rata = Tekanan Diastol + 1/3 Tekanan Nadi.
(Tekanan nadi = tekanan sistol – tekanan diastol)
Sherwood (2011) juga menyebutkan bahwa tekanan darah, dipengaruhi oleh curah jantung, resistensi perifer total dan volume darah.
Curah Jantung (Cardiac Output) bergantung pada 2 faktor yaitu kecepatan Jantung dan isi sekuncup, dimana kecepatan jantung dipengaruhi atau bergantung pada aktivitas parasimpatis yang fungsinya menurunkan kecepatan jantung dan aktivitas simpatis yang meningkatkan kecepatan jantung (respon terhadap aktivitas simpatis yaitu dengan meningkatnya isi sekuncup) (Sherwood, 2011) Isi sekuncup juga akan meningkat apabila aliran balik vena ditingkatkan oleh beberapa faktor, yaitu vasokonstriksi vena oleh saraf simpatis, otot rangka, pompa pernafasan , dan penghisapan jantung.
Volume darah juga akan mempengaruhi tekanan darah melalui mekanisme pengaturan jangka pendek dan jangka panjang (Sherwood, 2011) Volume darah jangka pendek adalah volume darah yang berhubungan dengan adanya perpindahan antara cairan bulkflow pasif plasma dan cairan interstisium pada kapiler, sedangkan volume darah jangka panjang merupakan keseimbangan garam dan air yang dikontrol secara hormonal oleh sistem renin, angiostensin, aldosteron, dan vasopressin. (Sherwood, 2011)
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh Resistensi Perifer Total. Resitensi perifer total ini bergantung pada jari-jari arteriol dan kekentalan darah (Sherwood,2011) Jumlah sel darah merah merupakan faktor utama penentuan kekentalan darah, sementara jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik, dengan menyamakan aliran darah dengan kebutuhan metabolik yang menyebabkan terjadinya perubahan lokal terhadap otot-otot rangka dan menyebabkan terjadinya vasodilatasi arteriol lokal sehingga aliran darah meningkat terhadap otot-otot, di samping itu terdapat aktivitas simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi arteriol yang meningkatkan tekanan darah, yang diatur oleh mekanisme kontrol ekstrinsik (Sherwood, 2011)
4. Suhu Tubuh
Dalam http://www.poltekkes-malang.ac.id. disebutkan bahwa suhu tubuh manusia berkisar 36,5 – 37,5 °C. Semakin dewasa umur seseorang, maka semakin rendah suhu normal tubuhnya. Gangguan suhu tubuh dapat diklasifikasikan menjadi hipotermia (<35 °C), demam (>37.5–38.3 °C), hipetermia (>37.5–38.3 °C), dan hiperpireksia (>40 –41,5 °C). Dilihat dari tingginya suhu, pada demam dan hipertermia memiliki nilai rentang suhu yang sama yaitu berkisar antara > 37.5-38.3 °C, dimana pada demam peningkatan suhu tubuh disebabkan oleh peningkatan titik pengaturan suhu (set point) di hipotalamus, sedangkan pada hipertermia titik pengaturan suhu dalam batas normal.
Peningkatan suhu tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah infeksi bakteri atau virus, paparan panas lingkungan (termasuk pengaruh suhu ruangan), obat-obatan, dan aktivitas fisik tubuh.
Akibat peningkatan suhu tubuh seseorang akan mengalami kelesuhan mengantuk, dan depresi. Pada anak-anak sering mengalami kejang sehingga akhirnya organ tubuh dapat gagal sehingga berakibat tidak sadar bahkan kematian.
Pada lingkungan yang panas, tindakan pendinginan pasif seperti istirahat ditempat yang teduh dan sejuk dapat mengurangi panas tubuh. Tindakan pendinginan aktif seperti melakukan kompres dingin di beberapa bagian tubuh seperti dahi, leher, dan ketiak juga dapat memperbaiki suhu tubuh ke rentang normal. Banyak minum dan menghidupkan kipas angin atau AC kering dapat mengefektifkan evaporasi keringat. Berendam di air hangat atau air dingin dapat membuang panas dengan segera.
PEMBAHASAN
1. Analisis Hasil Pengukuran
1.1 Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi duduk pada suhu ruang 27ºC
Pada kondisi ini diperoleh hasil bahwa setelah diukur selama 5 menit suhu tubuh probandus adalah 37ºC, merupakan suhu normal rata-rata bagi tubuh. Frekuensi denyut nadi yang terhitung selama 1 menit adalah 86 kali yang berarti normal (denyut nadi normal berkisar antara 60 sampai 100 kali per menit). Frekuensi pernafasan yang terhitung selama 1 menit adalah 23 kali yang berarti normal (frekuensi pernafasan normal usia 9-12 tahun adalah 19-23 kali per menit). Tekanan darah yang terukur adalah 100/60 mmHg yang berarti normal bagi orang yang berusia 12 tahun Tekanan sistol normal rata-rata pada usia 12 tahun adalah 95-135 mmHg dan tekanan diastolnya adalah 60-85 mmHg.
Pada posisi duduk tekanan darah (tekanan sistol pada data) meningkat dibandingkan dengan posisi berbaring. Hal ini karena tekanan darah dipengaruhi oleh gravitasi bumi (berdampak besar bagi vena, tetapi hanya sedikit berdampak pada arteri) (Sherwood, 2011)
Pernafasan pada saat posisi duduk dipengaruhi oleh denyut nadi/ tekanan darah karena semakin tekanan darah besar dan semakin banyak membutuhkan oksigen dan banyak melakukan pernafasan.
1.2 Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi berbaring pada suhu ruang 27ºC
Pada kondisi ini diperoleh hasil bahwa setelah diukur selama 5 menit suhu tubuh probandus adalah 36,6ºC dan merupakan suhu normal rata-rata bagi tubuh. Frekuensi denyut nadi yang terhitung selama 1 menit adalah 74 kali yang berarti normal (denyut nadi normal berkisar antara 60 sampai 100 kali per menit). Frekuensi pernafasan yang terhitung selama 1 menit adalah 24 kali yang berarti mendekati normal (frekuensi pernafasan normal usia 9-12 tahun adalah 19-23 kali per menit). Tekanan darah yang terukur adalah 90/70 mmHg. Pada tekanan sistol rentang normalnya adalah 95-135 mmHg, namun pada probandus tidak demikian. Hal ini karena pada posisi berbaring aliran darah yang menuju ke organ tidak dipengaruhi oleh gravitasi, sehingga tidak diperlukan tekanan yang besar untuk mendorong darah menuju ke organ-organ yang letaknya jauh dari jantung sehingga denyut nadi yang dihasilkan pun cenderung menurun (Sherwood, 2011).
Frekuensi pernafasan pada saat berbaring lebih sedikit dari pada duduk karena Pada posisi duduk tekanan darah (tekanan sistol pada data) meningkat dibandingkan dengan posisi berbaring, yang diikuti oleh frekuensi pernafasan.
Pada Suhu tubuh tidak terjadi perubahan yang signifikan dari posisi duduk ke posisi berbaring (hanya terpaut 0,4ºC). Posisi duduk dan berbaring tidak mempengaruhi suhu tubuh.
1.3 Kondisi istirahat (relaks) dengan posisi duduk pada suhu ruangan yang dingin (16ºC)
Pada kondisi ini diperoleh hasil bahwa setelah diukur selama 5 menit suhu tubuh probandus adalah 36ºC. Frekuensi denyut nadi yang terhitung selama 1 menit adalah 60 kali yang berarti normal (denyut nadi normal berkisar antara 60 sampai 100 kali per menit). Frekuensi pernafasan yang terhitung selama 1 menit adalah 31 kali. Tekanan darah yang terukur adalah 110/60 mmHg yang berarti normal bagi orang yang berusia 12 tahun.
Tubuh akan menyesuaikan pada kondisi ruangan yang dingin dengan menurunkan suhu tubuhnya. Seharusnya dengan kondisi yang dingin akan memicu pembuluh darah melakukan vasokontriksi (penyempitkan pembuluh darah) sehingga akan meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah. Namun tidak demikian dengan hasil pengukuran terhadap probandus. Denyut nadi probandus cenderung menurun menjadi 60 kali per menit, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah kondisi probandus yang pada suhu 16 ºC yang membuat suhunya menurun sehingga menyebabkan denyut nadi ikut menurun.
Pernafasan sangat erat hubungannya dengan suhu. ketika suhu rendah maka akan mempengaruhi pernafasan, semakin rendah suhu seseorang maka akan semakin rendah kebutuhan energi dan oksigennya sehingga membuat pernafasan menjadi lebih santai.
1.4 Kondisi setelah melakukan olahraga
Pada kondisi ini diperoleh hasil bahwa setelah diukur selama 5 menit suhu tubuh probandus adalah 36,6ºC. Frekuensi denyut nadi yang terhitung selama 1 menit adalah 99 kali. Frekuensi pernafasan yang terhitung selama 1 menit adalah 26 kali. Tekanan darah yang terukur adalah 100/70 mmHg.
Pada saat berolahraga otot pada tubuh akan melakukan aktivitas yang lebih dibandingkan biasanya, sehingga membutuhkan asupan nutrisi dan oksigen yang lebih. Hal ini akan memicu jantung untuk bekerja lebih keras dan memompa lebih cepat untuk segera mendistribusikan darah yang mengandung nutrisi dan oksigen ke dalam jaringan yang memerlukan sehingga akan meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah. Pada saat olahraga pembuluh darah melakukan vasokonstriksi.
Pada saat berolahraga frekuensi pernafasan dan suhu tubuh juga akan meningkat karena suhu tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan pernafasan. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka dia akan membutuhkan enenrgi yang lebih banyak sehingga kebutuhan akan oksigenpun meningkat. Oleh karena itu, frekuensi pernafasanpun akan lebih sering dilakukan.
2. Refleksi Diri terhadap Cara Pengukuran Vital Sign
Pengalaman yang didapat dari dilakukannya pemeriksaan vital sign terhadap probandus dengan usia 12 tahun diantaranya adalah lebih memahami mengenai cara-cara pemeriksaan vital sign meliputi suhu tubuh, frekuensi denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah; mengetahui pengaruh posisi dan suhu ruangan terhadap tanda-tanda vital seseorang serta mampu menganalisis bagaimana tanda-tanda vital seseorang (usia 12 tahun) pada keadaan normal.
Kekurangan dan kesulitan ketika pemeriksaan vital sign pada probandus diantaranya adalah :
2.1 Keadaan suhu ruangan yang tidak valid sehingga mempengaruhi hasil pengukuran terhadap tanda-tanda vital.
2.2 Kurang jelasnya gerakan pernafasan probandus sehingga mempengaruhi perhitungan frekuensi pernafasan.
2.3 Kurang telitinya pemeriksa dalam menentukan sistol palpatoir, tekanan sistolik, dan tekanan diastolik.
2.4 Kurang telitinya pemeriksa dalam menghitung frekuensi denyut nadi probandus.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dan kajian pustaka yang diperoleh :
1. Peralihan dari posisi berbaring ke posisi duduk akan meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah akibat adanya pengaruh gravitasi bumi.
2. Semakin dingin suhu suatu ruangan maka pembuluh darah akan meningkatkan frekuensi pernafasan dan memacu pembuluh darah untuk bervasokonstriksi.
3. Aktivitas olahraga memacu pembuluh darah untuk bervasokonstriksi, meningkatkan suhu tubuh dan meningkatkan frekuensi pernafasan.
4. Vasokontriksi pembuluh darah meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee., 1976, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Edisi 6),
Pendit, Brahm U., 2011 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 1733, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi
11), Irawati [et al.], 2007 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.
Masud, Ibnu., 1989, Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler, EGC, Malang.
Alsagaff, Hood., Mukty, Abdul., 2006, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru,
Airlangga University Press, Surabaya.
Elly, Irenne., 2006, Perubahan Denyut Nadi pada Mahasiswa Setelah Aktivitas
Naik Turun Tangga, Fakultas Kedokteran Undip, Semarang.
Tim Blok Kardiovaskuler dan Respirasi (1.4), 2013, Panduan Keterampilan
Medik Blok Kardiovaskuler dan Respirasi, Fakultas Kedokteran UII,
Yogyakarta.
http://www.poltekkes-malang.ac.id
Diakses : 13 April 2013